Ini adalah perjalan menuju salah satu provinsi di Thailand yang berada di Thailand Bagian Tengah. Untuk mengisi liburan setelah mid semester, Teman baik orang Thailand mengajak kami untuk berpergian ke provinsi Hua Hin. Jadilah Saya dan windy (teman orang Bengkulu sesama pertukaran pelajar) yang saat itu lagi butuh refreshing mengiyakan ajkakan itu. Namun, teman –teman yang lain harus tinggal karena ada kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan. Lagi –lagi provinsi ini tidak terlalu dikenal oleh turis mancanegara. Namuan, provinsi ini tepatnya kota Hua hin yang kami kunjungi ini telah terkenal seantero Thailand sebagai tempat yang sangat direkomendasikan untuk tempat berwisata oleh turis domestic. Apakah daya tarik dari Kota Hua Hin yang berada di provinsi Hua Hin ini? Kami berangkat pada hari kamis sore, dan saat itu masih dibulan Ramadhan. Transportasi yang kami pilih adalah kereta. Dengan harga yang termurah. Awalnya kami ingin menggunakanjasa kereta api gratis , namun jasa itu hanya untuk orang Thailand saja yang menunjukan kartu tanda pengenalnya. Ehm, seandainya saya memiliki KTP Thailand, jadilah kami akan traveling keseluruh penjuru Thailand menggunakan dengan kereta ini. Kami berangkat sebelum jam enam sore, jadi kami harus membeli bekal untuk buka puasa dikereta. Butuh waktu kurang lebih 12 jam menuju tujuan bila menggunakan kereta ini, tapi bila menggunakan bus akan lebih murah sepertinya. Kereta nya itu jujur tidak nyaman, bagi saya yang berleher panjangi ini sandaranya tidak cukup tinggi untuk menyenderkan kepala. Jadi saat tiidur selalulah terbangun terus menerus.Namun setelah hari itu, saya mengetahui bahwa kereta api merupakan transportasi yang paling saya sukai. Saya sedikitpun tidak merasa bosan untuk 12 jam perjalan . Angin, suara rel yang berisik, dan hawa dingin saat pagi, serta akses jendela yang besar untuk melihat langit membuat saya sangat menikmati perjalan kereta api. Terlebih sedikitpun saya tidak merasa mual saat mengggunakan transportasi ini. Penjajal dagangan dikereta menjadi hiburan tersendiri bagi saya. Kombinasi yang sempurna untuk kami mengobrol selama perjalan ini. Selama dua belas jam, kami melakukan sholat, sahur dan berbuka diatas kereta api. Benar benar niat untuk traveling. Hua Hin telah membuat mata saya tertarik saat pertama menginjakan stasiun kereta apinya. Oh, iya sesaat sebelum turun kereta api, saya sempat mengobrol degan penumpang lain yang ingin pergi ke Bangkok. Ada percakapan kecil yang kami lakukan, namun entah mengapa bapak itu terlihat begitu ramah dan menepuk pundak saya dan mengatakan “Hati-hati ya nak dan smeoga beruntung selalu”. Dia terlihat sangat peduli. Saya sebenarnya sedikit aneh untuk itu, karena tidak samapi tiga kalimat kami mengobrol dia sudah terlihat begitu peduli. Saya senang mendengarnya, saya anggap itu adalah doa dan keramahan khas ala Thailand. Oh, iya. Lanjut kemasalah stasiun Hua Hin. Stasiunya itu terlihat seperti rumah Budha dengan campuran budaya Cina. Terlihat unik dan sangat hangat untuk mereka yang datang dan mereka yang pergi. Didepan stasiun terdapat peta besar koa Hua Hin dan semua destinasi wilayah, ditulis dalam bahasa Thailand dan Inggris. (Hampir disetiap ibu kota provinsi memiliki peta besar ini yang juga tersebar diseluruh penjuru kota). Tujuan pertama kami adalah pergi ke penginapan yang sudah dipesan oleh temanya teman saya yang berada di Hua Hin. Setelah istirahat rebahan dan memperbaiki barang bawaan, kami siap untuk berkeliling dikota ini. Yang saya suka dari kota ini adalah kesiapan kota ini untuk menjadi kota pariwisata. KebanyakAn yang akan saya ceritakan disini adalah cerita saat kami mengelilingi pasar-pasar yang sangat unik. Istilahnya wisata pasar ya. Tapi tenang, jujur saya bukanlah orang yang hobi berbelanja. Terkadang saya sedikit panic saat harus membeli barang-barang. Lagian uang kami tidak cukup untuk berbelanja diseluruh pasar yang kami kunjungi. Kami hanya berkeliling dan wisata makanan saja. Itupun tidak terlalu banyak. Nah, tujuan pertama kami adalah area pasar yang memang didesain khusus seperti Venecia di Italia, sehingga akan terlihat seperti Venecia yang pindah ke Thailand. THE VENEZIA Direkomendasikan untuk menyewa sepeda motor saat berkelilng dikota ini. Kami menggunakan jasa penyewaan sepeda motor didepan hotel. Jadi kita bisa sepuas-puasnya berkeliling hanya mengisi minyak saja. Tentu kami menyewa satu sepeda motor, dan kami bonceng tiga untuk berkeliling. Hemat, hemat. Haha. Dan ini merupakan hal yang biasa di Thailand. Yang membuat saya terpukau adalah niat dari orang yang membuat pasar ini. Meskipun saya belum pernah ke Italia, namun bentuk gedung ala eropa yang besar dan megah serta sungai buatan dan perahu serta gondola yang lengkap dengan baju garis putihnya membuat kami mengerti dan memahami bagaimana susasana saat kaki ini menginjak Vanecia yang sesuangguhnya. Amin, amin. Berhubung masih sore dan belum waktunya berbuka, kami bertiga hanya keliling saja di pasar ini. Semua toko-toko kebanyakan diisi oleh barang casual. Setiap toko memang didesain seperti di eropa. Hal yang paling direkomendasikan adalah berfoto didepan sungai buatan dengan latar belakang perahu dan penyayi yang sedang menikmati pemadangan seperti film film berlatar belakang Vanecia. Silahkan berfoto dan buat caption, “I am in vanecia right now” hahaha. Pasar ini sangat berhasil menarik pengunjung untuk datang. Hampir setiap detail pasar ini dipikirkan matang-matang . Banyak orang Thailand yang berfoto didepan sungai, dan menarik perhataian teman lain untuk datang juga. Kami adalah salah satunya, karena beberapa hari sebelum berangkat kami melihat temanya teman kami berfoto disana. Haha. Setelah puas berfoto kami lanjut kepasar tradisional buatan yang tidak kalah menariknya. PLEANR WAN MARKET 180 derajat berbeda. Pasar ini didesain sangat unik, dan epic. Dari depannya saja akan menarik perhatian orang untuk datang. Bentuknya seperti kubus besar dari luar, jadi tidak sedikitpun terlihat seperti pasar tapi malah terlihat seperti rumah kayu besar yang aristic. Seluruh bangunan terbuat dari kayu dan seng seng bekas. Saat memasukinya malah lebih keren lagi, saya seperti bukan berada di Thailand lagi. Atmosphere nya begitu terasa, seakan akan kita beraada disebuah negeri lain dan jauh dari jalan raya. Seluruhnya terbuat dari kayu. Banyak penjajal makanan dengan aroma yang harum sekali berjejer rapi hampir disetiap sudutnya. Terdapat jalan yang didesain didalamnya yang seakan akan membuat kita berada disuatu kota tersendiri bukan di Hua Hin lagi. Ada juga bianglala dan big screen agar pengunjung bisa bersantai sambil menonton. Saya sangat menyukai pasar ini, nilai budaya dan nilai tradisionalnya sama sekali tidak hilang. Malah terlihat begitu kental. Kami memilih berbuka puasa disini dengan memakan waffle hongkong yang gurih dengan isian jagung manis, serta bola seafood khas jepang yang enaknya pool. Kami menghabiskan waktu yang cukup lama dipasar ini. Suasananya yang begitu hangat membuat kami betah berlama –lama. Saya ingin punya pasar seperti ini, telihat sangat damai. HUA HIN NIGHT MARKET Perjalanan kami lanjutkan keesokan harinya dengan mengunjungi pasar malam yang berkonsepkan walking street. Konsep pasar ini kurang lebih sama pasar yang ada di provinsi sogkhla (lihat postingan sebelumnya). Pedagang menjajalkan daganganya disepajan jalan. Namun, bedanya lebih banyak turis mancanegara disini. Bule berkelompok terlihat hampir disetiap sudut jalan. Pedagang dengan berbagai produk berjualan dengan semangatnya berteriak teriak. Mulai dari makanan, pakaian, souvenir dan berbagai macam produk lainya. Dipasar ini ada kejadian lucu dan membuat kami mengerti tradisi keren di Thailand. Saat itu kami berkeliling melihat-lihat pasar malam. Hapir jam 6 sore, kami masih berjalan dan sibuk berbicara satu sama lain. Kemudian ada bunyi seperti alarm dari speaker yang ada disudut jalan. Kami masih berjalan dan tiba-tiba pasar jadi sunyi dan semua orang berdiri. Ada apa ini pikir saya. Baju kami ditarik oleh jay dan disuruh untuk berhenti, suara lagu dengan nada sedikit aneh terdengar jelas. Setiap orang tidak ada yang bergerak. Pertama saya pikir ini seperti jebakan di super trap (salah satu acara televise di Indonesia). Namun, setelah lagu selesai semua orang berkativitas kembali. Hahaha. Ternyata ini adalah bentuk penghormatan setiap orang Thailand terhadap negara dan kerajaan nya. Lagu akan diperdengarkan pada jam 8 pagi dan 6 sore, setiap orang yang mendengar wajib berdiri dan tidak melakukan kativitas lain. Standing ovation buat pemerintah Thailand. Jadi tidak ada lagi alasan warga negara yang tidak hapal lagu kebangsaanya. LUPA NAMANYA Pasar yang kami kunjungi selanjutnya adalah sebuah pasar malam yang dikonsep dengan rumah-rumah kayu khas pantai dibelakangnya. Asiknya dari pasar ini adalah pengunjung dapat berkeliling pasar dan istirahat dirumah-rumah itu sambil berfoto-foto ria. Hampir setiap ruangan didesain dengan peralatan yang unik dan antik. Dipasarnya juga disetting dengan suasana yang tampak begitu ramah dengan desain stand pedagang yang tidak kalah kerenya. Ada satu pedagang yang sangat rame dikunjungi oleh bule-bule. Kami penasaran mengapa begitu rame dan setelah dilihat ternyata pedagang itu menjual berbagai aksesoris handmade yang langsung dibuat ditempat, sepertigelang, anting cinci, dompet kulit dan lain-lain. Sebuah produk yang dibuat menggunakan seni dengan tangan sendiri ternyata memang memiliki nilai plus dimanapun itu. Creativity is never die. Sangkin kerenya pasar di kota ini, terdapat juga pasar malam yang berlokasi didepan mall besar. Ini adalah pasar malam pertama yang membuka mata saya bahwa pasar tradisional dan pasar modern (baca: mall) dapat bersatu dengan baik. Diprovinsi saya, beberapa tahun yang lalu ada permasalahan dimana mall dikatakan melanggar hukum karena berdiri diarea pasar tradisional, dan pasar subuh di belakang mall harus dipindahkan karena dianngap menggangu aktivitas pembangunan disana. Mari saya menjelaskan tentang pasar yang menurut saya keren ini. Kami berkunjung ke mall yang menurut saya lumayan besar ini untuk membeli kebutuhan berbuka puasa, sewaktu keluar sekitar jam 4 sore sudah banyak orang yang bersiap-siap membawa dagangan dan mengambil posisi masing-masing. Beberapa menit kemudian, bim salabim area kosong didepan mall langsung berubah jadi pasar malam. Puluhan pedagang dengan berbagai warna lampu penerang menambah kerennya pasar malam ini. Ternyata pasar malam seperti ini juga banyak dipelataran mall-mall besar di Bangkok. Pelajaranya, kita juga bisa melakukan hal seperti ini. Catatanya, pedagang harus diatat rapi, dengan batasan area masing-masing dan penerangan yang bagus. Sehingga orang juga tertarik untuk datang dan akan menjadi daya tarik sendiri bagi pihak mall. Asik. HUA HIN FLOATING MARKET Perjalan kami ke huahin juga dilengkapi dengan berkunjung ke kedua pasar terapung yang tidak kalah keren. Pengujungnya juga tidak main-main. Berbus-bus wisatawan yang didominasi oleh wisatawan local datang bersama kami. Pasar terapungnya berbeda 180 derajat dari apa yang saya pikirkan sebelumnya. Tidak ada perahu tidak ada pegayuh. Namun pasar ini berupa toko-toko dari kayu yang dibangun di atas air danau. Toko-toko berjejer dan mengelilingi danau yang cukup luas ini. Terdapat area produk handmade, makanan dan pakaian. Yang saya suka ada juga spot tempat alat music tradisional menampilkan permainannya. Serta kereta api mini yang jalurnya mengelilingi seluruh area pasar terapung ini. Suasana yang sempurna. Perjalanan ini kami tutup dengan mengunjungi pantai yang ada di Huahin, pantainya berombak besar dan tidak sebiru yang ada di krabi atau Phuket. Kami mandi dan berenang sepuasnya. Pantang tidak mandi bila ketemu pantai. Saat kami mandi, ada seorang pengunjung yang hampir tenggelam terbawa ombak. Mumpung si korban adalah cewek kami berusaha menyelamatkanya dan membuatnya tidak terhantam ombak dipermukaan batu besar. Penutup trip yang sempurna. Huahian mengajarkan saya bahwa pariwisata ditandai dengan seberapa serius kita membangun dan mengelolanya. Sebaik apapun potensi alam yang kita miliki namun tidak serius mengelolanya maka pariwisata tidak akan mampu menjadi penyokong pembangunan daerah tersebut. Saya juga menyadari suatu hal dari kota ini yaitu, pasar tradisional merupakan potensi yang besar untuk dijadikan objek wisata. Perjalanan backpacker pertama kami ini memberikan banyak kesan indah dan pelajaran yang berharga. Meskipun sudah dua tahun berlalu ingatan ini masih terlalu kuat sehingga saya masih bisa mengisahkan semuanya. Kisah ini juga yang mendorong saya untuk meneliti tentang pasar tradisional didalam riset skripsi saya, jauh dari hati saya yang tedalam saya menginginkan revolusi pasar tradisional di Indonesia agar dapat mengikuti pasar tradisional yang ada disini. Semoga. AMIN.
0 Comments
Ini semua bermula sebelum keberangkatan saya ke Thailand. Beberapa hari sebelum keberangkatan, saya menulis harapan agar bisa terlibat didalam bisnis dan bertemu dengan teman dekat yang akan mengajarkan saya bagaimana cara berbisnis, dan merasakan bagaimana atmosphere bisnis di Thailand sebenarnya. Harapan yang tertulis itu akhirnya mengantarkan saya kesebuah proses yang panjang dan mengenal diri saya, mengenal kehidupan dari bisnis sebenarnya. Sedangkan pasar tradisional merupakan tempat dimana saya belajar. Pasar tradisional merupakan kelas terindah dimana saya pernah menyelesaikan studi nonformal saya di Thailand. Para turis tidak akan asing lagi dengan objek wisata berupa pasar, tempat dimana bisa membeli banyak souvenir atau hanya untuk melihat aktivitas local. Mari saya perkenalkan anda dengan sebuah pasar tradisional yang terletak di sebuah Kota Songkhla. provinsi Songkha, tepatnya didaerah Thailand selatan. Kota songkhla merupakan kota administrasi dimana pusat perkantoran pemerintah, sekolah dan beberapa univeristas berdiri. Kota ini tidak terlalu terkenal seperti kota Hatyai yang menjadi pusar modernisasi di Provinsi Songkhla, tempat turis dari Indonesia, Malaysia dan Singapore berbelanja. Kota songkhla dapat digambarkan sebagai tempat yang lebih tenang, tempat yang bisa ditempuh kurang llebih 30 menit dari kota Hat Yai yang lumayan tersohor sebagai destinasi berbelanja. Namun bagi saya, Kota Songkha merupakan kota yang 180 derajat lebih manis dibandingkan Kota Hatyai. Kesegaran pantai dan ketenangan dermaga, keunikan pasar tradisional serta keberadaan bangunan tua, dan keberagaman festival perayaaan hari besar yang selalu membuat momen indah dihampir setiap bulanya. Serta tanpa ada keriuhan kendaraan yang beratii seperti di Hatyai. Pasar tradisional favorit saya adalah pasar malam yang memiliki konsep walking street. Dimana pasar tersebut hanya dibuka Jumat, Sabtu dan Minggu (Informasi terbaru, pasar ini hanya dibuka untuk Jumat dan Sabtu sekarang). Dipasar ini dikhususkan untuk pejalan kaki, tanpa ada kendaran yang boleh masuk atau melintasi saat pasar ini beroperasi, Lokasi pasarnya juga sempurna, berada dibadan jalan lintas yang cukup besar dengan panjang area sekitar 500 meter dari ujung keujungnya. Jalan yang digunakan adalah jalan yang dekat dengan bangunan sejarah yang sangat berarti. Tepat disatu sisi pasar ini terdapat Museum Songkhla dan setelah museum ada rumah peninggalan mantan perdana menteri Thailand yang berasal dari kota songkhla dan sudah dijadikn situs peninggalan bersejarah. Disatu sisi nya lagi ada tembok besar dari susunan bata yang indah khas sekali sepeti dinding tua yang melindungi pasar malam ini, dinding ini juga menjadi baground favorit pengunjung untuk berfoto. Bila kita berjalan sedikit kearah kanan, maka kita kaan memasuki Kota tuanya Songkhla. Bila disiang hari, jalan ini sedikitpun tidak terlihat kalau ini adalah pasar malam. Namun Saat akhir pekan, tepatnya mulai pukul empat sore jalanan akan ditutup dan keindahan pasar malam akan mulai terasa. Pertama kali saya datang kepasar ini saya dan bebrapa teman Bengkulu lainya ingin berkunjung menemui teman Thailand kami yang katanya turut berjualan disana, dan saat pertamakali datang saya sudah jatuh cinta dengan pasar ini. Ada tiga zona yang mempermudah pengunjung untuk berbelanja dengan membagi kategori penjual berdasarkan produk yang dijajalkan. Zona makanan, zona produk handmade dan zona barang –barang casual. Saya masih ingat ketika kami mencari teman saya ini, sedikit ribet karena kami belum tahu dengan adanya pembagian zona seperti ini, jadilah kami menyusuri sepanjang jalan dipasar ini. Dan ternyata dia berjualan baju wanita diarea produk casual tidak jauh dari tempat kami datang. Saya dan teman teman lainya mulai nimbrung membantunya berjualan. Kami hanya menayakan apa yang harus kami katakan untuk membantunya berjualan, Si jay (Nama teman Thailand kami ini) mengajarkan dua kalimat dalam bahasa Thailand yang bila di artikan memiliki arti “Silahkan lihat , semuanya seharga 100 ribu baht” (atau sekitar 37. 000 rupiah bila dikonversikan kemata uang Indonesia). Nampaknya kami bukan membantu, semua orang malah melihat kami dengan aneh karena berteriak teriak keras dengan bahasa Thailand tingkat akut yang susah dimengerti. Strategi berjulan sedikit kacau, keuntungan yang didapat tidak sebagus biasaya. Hahahah. Saya sarankan untuk tidak terburu-buru menikmati suasana malam kota Songkhla dipasar ini. Meskipun tidak berniat untuk berbelanja, pasar ini menawarkan kecerian yang luar biasa. Cobalah berjalan ke area makanan, kita akan dimanjakan dengan berbagai makanan enak di Thailand. Favorit saya adalah “YAM MAI KA” (Sebenarnya ini bukanlah nama makanannya, tapi ini merupakan ucapan penjualnya untuk menarik pembeli). Hampir setiap saya berkunjung kepasar malam saya membeli makanan ini. Penjualnya menjajalkan berbagai macam jenis makanan beku seperti bola ikan, bola ayam, berbagai sosis, berbagai olahan udang mungkin lebih dari 20 jenis yang semuanya ditusuk tusuk seperti sate. Kita bebas memilih kemudian direbus di pot besar. Setelah itu akan dipotong kecil agar mudah dimakan, dikasih sayur segar berbagai bawang goreng dan bumbu super pedas yang sedikit asam. Perpaduan bumbu, sayur dan daging membuat makanan itu begitu segar dan menantang. Sangkin seringnya saya dan teman saya berbelanja, dua ibu bersaudara yang berjualan ini sampai ingat dengan kami dan selalu menanyakan kalau kami tidak datang. Makanan ini wajib dicoba, terlebih karena Halal. Dengan biaya 20 baht atau sekitar Rp. 8.000 perut sudah cukup kenyang. Siapkan tisu karena teman saya tidak pernah tidak berkeringat saat memakan makan ini walaupun dimalam hari. Pedas. Hua Hua. Kau tau hal yang membuat saya tidak bisa lupa dengan suasana pasar malam ini adalah aktivitas yang telah kami lalui disana. Mungkin tepat tiga bulan program kami berjalan di Thailand. Hampir setiap minggu saya dan windy (Teman Bengkulu saya) pergi ke pasar ini untuk membantu Jay berjualan. Dari masih ketakutan ketika diajak berbahasa Thailand (saat orang menawar), hingga berani berjualan sendiri tanpa kehadiran Jay. Dari berteriak dua kata sebagai modal berjualan hingga mendapatkan diskon saat membeli jam tangan sesama pedagang yang bersebalahan. Saya jadi mengetahui trik bagaiamana menyusuN barang agar terlihat unik, bgaimana mendapatkan area untuk berjualan, bagaimana cara menggantungkan hanger yang tepat saat berjualan baju, bagaimana cara menawarkan barang yang susah laku, bagaimana cara mencari teman sesama pedagang dan bagaimana menertawai orang Indonesia berbelanja yang tidak menyadari bahwa kami juga adalah orang Indonesia. Kami juga pernah kehujanan saat hujan tiba tiba datang, pernah bertemu artis Thailand, pernah dijailin orang konsulat saat dilempar kertas dari belakang. Semuanya menjadi pelajaran indah yang tidak akan pernah saya dapatkan didalam kelas. Pasar malam ini mengajari saya banyak hal termasuk mengajari saya bagaimana rasa sakitnya saat harus menunggu tanpa ada pembeli satu pun. (Lebih sakit dari pada menunggu jodoh yang tidak kunjung jelas. Hahaa) Ini merupakan satu kurikulum pembelajaran yang sempurna untuk pembisnis pemula. Tidak pernah bosan, itu yang saya rasakan setiap kaki ini melangkah dipasar ini. Bila rasa khawatir mulai datang karena dagangan sepi saya akan berkeliling sejenak melihat seluruh pasar dan mencoba menyapa pedagang lain yang saya kenal. Tempat favorit saya untuk menyapa adalah Area berjualan milik tetanga kami. Dia Seorang bibi yang sangat ramah dan baik. Dagangan nya menggambarkan bagaimana kepribadianya. Dia menjual rangkaian bunga yang bagi saya sangat lah indah. Bunga-bunga hiasan meja bisa disulapnya menjadi bandana yang cantik. Jarang sekali cewek cewek tidak berhenti melihatnya dan jarang juga tidak membeli dagangan bibi baik yang sering memberi makanan kepada kami ini. Saya lumayan sering menggantikanya berjualan saat beliau ingin pergi membeli makanan, terkadang bingung sendiri saat lupa menanyakan harganya. Atmosphere pasar ini begitu kuat, didekat area makanan terdapat satu mini panggung untuk karaoke dan didepanya disediakan kursi kursi untuk penonton, pengunjung pasar yang ingin bernyayi dapat berkaraoke gratis layaknya konser mini yang ditonton banyak orang, setelah turun panggung penonton akan memberikan kalungan bunga yang sudah disediakan pada siapa saja yang mereka sukai suaranya. Maju sedikit dari panggung, ada lokasi yang tidak lebih dari lima kali tiga langkah luasnya untuk tempat pengamen professional atau anak anak sekolahan yang ingin mencari dana sosial beraksi. Jadiah disana terkadang ada band local yang konser, ada anak sekolah cowok, cewek dan seringnya si Ladyboy yang beroyang lincah atau pernah juga pameran lukisan, grup kesenian sexsophone, akustik keyboard atau bule rusia yang mengamen dengan akordion. Sepertinya ada jadwal tersendiri bagi siapa yang ingin mengisi lokasi ini. Musik, lampu, dan warna warni dagangan dan aroma makanan mejadi kombinasi yang indah untuk sebuah pasar tradisional. Oh iya sangkin seringnya kami menampakan diri dipasar ini, akhirnya kami memliki tempat khusus untuk berjualan. Tempat kusus bagi pelajar pertukaran yang hobi berjualan. Hahaha. Disuatu festival (Chak pra) saya, teman sesama pelajar pertukaran, dosen kampus yang baru datang serta teman Thailand mengadiri dan berfoto-foto difestival itu. Ternyata didekat kami sedang berjalanlah salah satu orang penting dipasar malam itu. Beliau menanyakan kami kepada Teman Thailand kami itu, mengobrol-ngobrol dengan bahasa yang cepat dan setelah itu teman tailand kami itu (Jay) mengatakan bahwa kami dihadiahi tempat khusus untuk berjualan. Senangnya. Setelah hari itu meskipun sering lupa, kami selalu mendapatkan tempat yang strategis untuk berjualan. Berkah anak soleh. Setelah 3 bulanan berjualan membantu Jay, akhirnya kami berani berjualan produk kami sendiri. Produk kami adalah Gelang handmade buatan Indonesia. Tidak tahu si kehebatanya apa. Tapi kami pernah mendapatkan 100 order gelang dalam 2 minggu. Berbisnis gelang ini menguntungkan, modal setelah dihitung hitung hanya dua ribu rupiah dan kami bisa menjualnya sekitar 8.000 rupiah. Alhamdulliah, banyak teman yang bilang gelangnya unik dan cantik, padahal saya hanya pelintir pelintirin aja tali tali itu dengan teknik Youtube. Mungkin karena kegatengan orang Indonesia ini yang menjadi pelaris ampuhnya. Hahaha. Untuk bulan pertama bisnis ini lancarrrrrr. Namun dibulan kedua, terlebih untuk minggu minggu akhir gelangnya sudah tidak menarik perhatian lagi. Saya benar benar melatih keiklhasan saat bisnis ini terhenti dibulan kedua. Lebih dari sekedar pasar, tempat ini memberikan arti besar dalam hidup saya. Keindahan suasana serta seluruh kisah disana yang tidak bisa saya katakan satu persatu telah membentuk siapa saya saat ini. Saya berjanji akan menjadi pembisnis besar dimasa depan dan saat itu tejadi nanti, pasar malam ini serta orang orang yang ada didalamnnya telah menjadi kontriutor besar untuk kisah saya. Sehingga mimpi mimpi mulai terbangun dan menjadi kenyataan. Tampaknya harapan yang hanya tertoreh di selembar kertas sebelum saya berangkat ke Thailand telah dijawab sempurna oleh pasar tradisional ini. Bahkan dijawab dengan berton ton kisah yang tidak akan mampu terhapuskan. Saya siap untuk menuliskan harapan lebih banyak lagi. Mari menundukan kepala, mengambil pena dan mulai berharap. Ayo MULAI…! Tambahan: Bila anda menuju pasar ini jangan lupa membeli makanan “YAM MAI KA”, berbelanja souvenir bunga indah dari bibi (tetangga kami), membeli parfum ditempat paman ……. Yang bertubuh paling gendut dari seluruh penjual parfum disana, membeli Baju gahul ala Thailand masa kini di tempat pasangan romatis teman saya saja Pun dan Alice yang biasanya selalu berjualan disana (Lumyan murah dan produknya keren, promosi ni. Namun sayang, dari kabar terakhir yang saya dapatkan mereka berdua juga sudah tidak berjualan lagi karena sibuk berkerja sat ini), serta kalau ingin membeli tenunan asli Thailand yang dikenal dengan nama Thai Silkn beli saja ke bibi diarea handmade yang selalu menegur saya, dia adalah satu satunya penjual tenunan disana. Untuk Jay, saya harap kamu bisa berbisnis lagi secepatnya. Kawan saya ini sibuk bekerja sekarang, entahlah kemana saya menumpang berjualan kalau saya berkunjung kesana lagi suatu hari nanti. Hehe. Saya berterimakasih untuk teman-teman yang sudah rela menjadi bagian dari kisah saya ini, jangan berhenti berjualan Bilamana saya sudah membuat pasar yang serupa atau malah lebih indah disini. Janji saya untuk mengundang berjualan akan masih tetap berlaku saat itu terjadi. Kita sukses sama sama ya. Untuk ibu yang memberi kami area tetap untuk berjualan saya ucapkan terimakasih, Maaf saya lupa menayakan nama Ibu. Tapi muka ibu tergambar jelas dihati orang Indonesia ini. |
Author
I am Indonesian. My name is Diogi. So interest with business and entrepreneurship. I am creating Social Business to find the best method to teach entrepreneurship and help people to meet their potential for facing future. Like traveling and writing. Archives
July 2021
Categories |