Ini semua bermula sebelum keberangkatan saya ke Thailand. Beberapa hari sebelum keberangkatan, saya menulis harapan agar bisa terlibat didalam bisnis dan bertemu dengan teman dekat yang akan mengajarkan saya bagaimana cara berbisnis, dan merasakan bagaimana atmosphere bisnis di Thailand sebenarnya. Harapan yang tertulis itu akhirnya mengantarkan saya kesebuah proses yang panjang dan mengenal diri saya, mengenal kehidupan dari bisnis sebenarnya. Sedangkan pasar tradisional merupakan tempat dimana saya belajar. Pasar tradisional merupakan kelas terindah dimana saya pernah menyelesaikan studi nonformal saya di Thailand. Para turis tidak akan asing lagi dengan objek wisata berupa pasar, tempat dimana bisa membeli banyak souvenir atau hanya untuk melihat aktivitas local. Mari saya perkenalkan anda dengan sebuah pasar tradisional yang terletak di sebuah Kota Songkhla. provinsi Songkha, tepatnya didaerah Thailand selatan. Kota songkhla merupakan kota administrasi dimana pusat perkantoran pemerintah, sekolah dan beberapa univeristas berdiri. Kota ini tidak terlalu terkenal seperti kota Hatyai yang menjadi pusar modernisasi di Provinsi Songkhla, tempat turis dari Indonesia, Malaysia dan Singapore berbelanja. Kota songkhla dapat digambarkan sebagai tempat yang lebih tenang, tempat yang bisa ditempuh kurang llebih 30 menit dari kota Hat Yai yang lumayan tersohor sebagai destinasi berbelanja. Namun bagi saya, Kota Songkha merupakan kota yang 180 derajat lebih manis dibandingkan Kota Hatyai. Kesegaran pantai dan ketenangan dermaga, keunikan pasar tradisional serta keberadaan bangunan tua, dan keberagaman festival perayaaan hari besar yang selalu membuat momen indah dihampir setiap bulanya. Serta tanpa ada keriuhan kendaraan yang beratii seperti di Hatyai. Pasar tradisional favorit saya adalah pasar malam yang memiliki konsep walking street. Dimana pasar tersebut hanya dibuka Jumat, Sabtu dan Minggu (Informasi terbaru, pasar ini hanya dibuka untuk Jumat dan Sabtu sekarang). Dipasar ini dikhususkan untuk pejalan kaki, tanpa ada kendaran yang boleh masuk atau melintasi saat pasar ini beroperasi, Lokasi pasarnya juga sempurna, berada dibadan jalan lintas yang cukup besar dengan panjang area sekitar 500 meter dari ujung keujungnya. Jalan yang digunakan adalah jalan yang dekat dengan bangunan sejarah yang sangat berarti. Tepat disatu sisi pasar ini terdapat Museum Songkhla dan setelah museum ada rumah peninggalan mantan perdana menteri Thailand yang berasal dari kota songkhla dan sudah dijadikn situs peninggalan bersejarah. Disatu sisi nya lagi ada tembok besar dari susunan bata yang indah khas sekali sepeti dinding tua yang melindungi pasar malam ini, dinding ini juga menjadi baground favorit pengunjung untuk berfoto. Bila kita berjalan sedikit kearah kanan, maka kita kaan memasuki Kota tuanya Songkhla. Bila disiang hari, jalan ini sedikitpun tidak terlihat kalau ini adalah pasar malam. Namun Saat akhir pekan, tepatnya mulai pukul empat sore jalanan akan ditutup dan keindahan pasar malam akan mulai terasa. Pertama kali saya datang kepasar ini saya dan bebrapa teman Bengkulu lainya ingin berkunjung menemui teman Thailand kami yang katanya turut berjualan disana, dan saat pertamakali datang saya sudah jatuh cinta dengan pasar ini. Ada tiga zona yang mempermudah pengunjung untuk berbelanja dengan membagi kategori penjual berdasarkan produk yang dijajalkan. Zona makanan, zona produk handmade dan zona barang –barang casual. Saya masih ingat ketika kami mencari teman saya ini, sedikit ribet karena kami belum tahu dengan adanya pembagian zona seperti ini, jadilah kami menyusuri sepanjang jalan dipasar ini. Dan ternyata dia berjualan baju wanita diarea produk casual tidak jauh dari tempat kami datang. Saya dan teman teman lainya mulai nimbrung membantunya berjualan. Kami hanya menayakan apa yang harus kami katakan untuk membantunya berjualan, Si jay (Nama teman Thailand kami ini) mengajarkan dua kalimat dalam bahasa Thailand yang bila di artikan memiliki arti “Silahkan lihat , semuanya seharga 100 ribu baht” (atau sekitar 37. 000 rupiah bila dikonversikan kemata uang Indonesia). Nampaknya kami bukan membantu, semua orang malah melihat kami dengan aneh karena berteriak teriak keras dengan bahasa Thailand tingkat akut yang susah dimengerti. Strategi berjulan sedikit kacau, keuntungan yang didapat tidak sebagus biasaya. Hahahah. Saya sarankan untuk tidak terburu-buru menikmati suasana malam kota Songkhla dipasar ini. Meskipun tidak berniat untuk berbelanja, pasar ini menawarkan kecerian yang luar biasa. Cobalah berjalan ke area makanan, kita akan dimanjakan dengan berbagai makanan enak di Thailand. Favorit saya adalah “YAM MAI KA” (Sebenarnya ini bukanlah nama makanannya, tapi ini merupakan ucapan penjualnya untuk menarik pembeli). Hampir setiap saya berkunjung kepasar malam saya membeli makanan ini. Penjualnya menjajalkan berbagai macam jenis makanan beku seperti bola ikan, bola ayam, berbagai sosis, berbagai olahan udang mungkin lebih dari 20 jenis yang semuanya ditusuk tusuk seperti sate. Kita bebas memilih kemudian direbus di pot besar. Setelah itu akan dipotong kecil agar mudah dimakan, dikasih sayur segar berbagai bawang goreng dan bumbu super pedas yang sedikit asam. Perpaduan bumbu, sayur dan daging membuat makanan itu begitu segar dan menantang. Sangkin seringnya saya dan teman saya berbelanja, dua ibu bersaudara yang berjualan ini sampai ingat dengan kami dan selalu menanyakan kalau kami tidak datang. Makanan ini wajib dicoba, terlebih karena Halal. Dengan biaya 20 baht atau sekitar Rp. 8.000 perut sudah cukup kenyang. Siapkan tisu karena teman saya tidak pernah tidak berkeringat saat memakan makan ini walaupun dimalam hari. Pedas. Hua Hua. Kau tau hal yang membuat saya tidak bisa lupa dengan suasana pasar malam ini adalah aktivitas yang telah kami lalui disana. Mungkin tepat tiga bulan program kami berjalan di Thailand. Hampir setiap minggu saya dan windy (Teman Bengkulu saya) pergi ke pasar ini untuk membantu Jay berjualan. Dari masih ketakutan ketika diajak berbahasa Thailand (saat orang menawar), hingga berani berjualan sendiri tanpa kehadiran Jay. Dari berteriak dua kata sebagai modal berjualan hingga mendapatkan diskon saat membeli jam tangan sesama pedagang yang bersebalahan. Saya jadi mengetahui trik bagaiamana menyusuN barang agar terlihat unik, bgaimana mendapatkan area untuk berjualan, bagaimana cara menggantungkan hanger yang tepat saat berjualan baju, bagaimana cara menawarkan barang yang susah laku, bagaimana cara mencari teman sesama pedagang dan bagaimana menertawai orang Indonesia berbelanja yang tidak menyadari bahwa kami juga adalah orang Indonesia. Kami juga pernah kehujanan saat hujan tiba tiba datang, pernah bertemu artis Thailand, pernah dijailin orang konsulat saat dilempar kertas dari belakang. Semuanya menjadi pelajaran indah yang tidak akan pernah saya dapatkan didalam kelas. Pasar malam ini mengajari saya banyak hal termasuk mengajari saya bagaimana rasa sakitnya saat harus menunggu tanpa ada pembeli satu pun. (Lebih sakit dari pada menunggu jodoh yang tidak kunjung jelas. Hahaa) Ini merupakan satu kurikulum pembelajaran yang sempurna untuk pembisnis pemula. Tidak pernah bosan, itu yang saya rasakan setiap kaki ini melangkah dipasar ini. Bila rasa khawatir mulai datang karena dagangan sepi saya akan berkeliling sejenak melihat seluruh pasar dan mencoba menyapa pedagang lain yang saya kenal. Tempat favorit saya untuk menyapa adalah Area berjualan milik tetanga kami. Dia Seorang bibi yang sangat ramah dan baik. Dagangan nya menggambarkan bagaimana kepribadianya. Dia menjual rangkaian bunga yang bagi saya sangat lah indah. Bunga-bunga hiasan meja bisa disulapnya menjadi bandana yang cantik. Jarang sekali cewek cewek tidak berhenti melihatnya dan jarang juga tidak membeli dagangan bibi baik yang sering memberi makanan kepada kami ini. Saya lumayan sering menggantikanya berjualan saat beliau ingin pergi membeli makanan, terkadang bingung sendiri saat lupa menanyakan harganya. Atmosphere pasar ini begitu kuat, didekat area makanan terdapat satu mini panggung untuk karaoke dan didepanya disediakan kursi kursi untuk penonton, pengunjung pasar yang ingin bernyayi dapat berkaraoke gratis layaknya konser mini yang ditonton banyak orang, setelah turun panggung penonton akan memberikan kalungan bunga yang sudah disediakan pada siapa saja yang mereka sukai suaranya. Maju sedikit dari panggung, ada lokasi yang tidak lebih dari lima kali tiga langkah luasnya untuk tempat pengamen professional atau anak anak sekolahan yang ingin mencari dana sosial beraksi. Jadiah disana terkadang ada band local yang konser, ada anak sekolah cowok, cewek dan seringnya si Ladyboy yang beroyang lincah atau pernah juga pameran lukisan, grup kesenian sexsophone, akustik keyboard atau bule rusia yang mengamen dengan akordion. Sepertinya ada jadwal tersendiri bagi siapa yang ingin mengisi lokasi ini. Musik, lampu, dan warna warni dagangan dan aroma makanan mejadi kombinasi yang indah untuk sebuah pasar tradisional. Oh iya sangkin seringnya kami menampakan diri dipasar ini, akhirnya kami memliki tempat khusus untuk berjualan. Tempat kusus bagi pelajar pertukaran yang hobi berjualan. Hahaha. Disuatu festival (Chak pra) saya, teman sesama pelajar pertukaran, dosen kampus yang baru datang serta teman Thailand mengadiri dan berfoto-foto difestival itu. Ternyata didekat kami sedang berjalanlah salah satu orang penting dipasar malam itu. Beliau menanyakan kami kepada Teman Thailand kami itu, mengobrol-ngobrol dengan bahasa yang cepat dan setelah itu teman tailand kami itu (Jay) mengatakan bahwa kami dihadiahi tempat khusus untuk berjualan. Senangnya. Setelah hari itu meskipun sering lupa, kami selalu mendapatkan tempat yang strategis untuk berjualan. Berkah anak soleh. Setelah 3 bulanan berjualan membantu Jay, akhirnya kami berani berjualan produk kami sendiri. Produk kami adalah Gelang handmade buatan Indonesia. Tidak tahu si kehebatanya apa. Tapi kami pernah mendapatkan 100 order gelang dalam 2 minggu. Berbisnis gelang ini menguntungkan, modal setelah dihitung hitung hanya dua ribu rupiah dan kami bisa menjualnya sekitar 8.000 rupiah. Alhamdulliah, banyak teman yang bilang gelangnya unik dan cantik, padahal saya hanya pelintir pelintirin aja tali tali itu dengan teknik Youtube. Mungkin karena kegatengan orang Indonesia ini yang menjadi pelaris ampuhnya. Hahaha. Untuk bulan pertama bisnis ini lancarrrrrr. Namun dibulan kedua, terlebih untuk minggu minggu akhir gelangnya sudah tidak menarik perhatian lagi. Saya benar benar melatih keiklhasan saat bisnis ini terhenti dibulan kedua. Lebih dari sekedar pasar, tempat ini memberikan arti besar dalam hidup saya. Keindahan suasana serta seluruh kisah disana yang tidak bisa saya katakan satu persatu telah membentuk siapa saya saat ini. Saya berjanji akan menjadi pembisnis besar dimasa depan dan saat itu tejadi nanti, pasar malam ini serta orang orang yang ada didalamnnya telah menjadi kontriutor besar untuk kisah saya. Sehingga mimpi mimpi mulai terbangun dan menjadi kenyataan. Tampaknya harapan yang hanya tertoreh di selembar kertas sebelum saya berangkat ke Thailand telah dijawab sempurna oleh pasar tradisional ini. Bahkan dijawab dengan berton ton kisah yang tidak akan mampu terhapuskan. Saya siap untuk menuliskan harapan lebih banyak lagi. Mari menundukan kepala, mengambil pena dan mulai berharap. Ayo MULAI…! Tambahan: Bila anda menuju pasar ini jangan lupa membeli makanan “YAM MAI KA”, berbelanja souvenir bunga indah dari bibi (tetangga kami), membeli parfum ditempat paman ……. Yang bertubuh paling gendut dari seluruh penjual parfum disana, membeli Baju gahul ala Thailand masa kini di tempat pasangan romatis teman saya saja Pun dan Alice yang biasanya selalu berjualan disana (Lumyan murah dan produknya keren, promosi ni. Namun sayang, dari kabar terakhir yang saya dapatkan mereka berdua juga sudah tidak berjualan lagi karena sibuk berkerja sat ini), serta kalau ingin membeli tenunan asli Thailand yang dikenal dengan nama Thai Silkn beli saja ke bibi diarea handmade yang selalu menegur saya, dia adalah satu satunya penjual tenunan disana. Untuk Jay, saya harap kamu bisa berbisnis lagi secepatnya. Kawan saya ini sibuk bekerja sekarang, entahlah kemana saya menumpang berjualan kalau saya berkunjung kesana lagi suatu hari nanti. Hehe. Saya berterimakasih untuk teman-teman yang sudah rela menjadi bagian dari kisah saya ini, jangan berhenti berjualan Bilamana saya sudah membuat pasar yang serupa atau malah lebih indah disini. Janji saya untuk mengundang berjualan akan masih tetap berlaku saat itu terjadi. Kita sukses sama sama ya. Untuk ibu yang memberi kami area tetap untuk berjualan saya ucapkan terimakasih, Maaf saya lupa menayakan nama Ibu. Tapi muka ibu tergambar jelas dihati orang Indonesia ini.
0 Comments
Leave a Reply. |
Author
I am Indonesian. My name is Diogi. So interest with business and entrepreneurship. I am creating Social Business to find the best method to teach entrepreneurship and help people to meet their potential for facing future. Like traveling and writing. Archives
July 2021
Categories |