Dear God,
Masih ingat ketika kita berbicara terakhr dibawah pohon besar didalam kampus? Ketika aku sudah satu tahun lebih bekerja di perusahaan jaringan dan mempertanyakan”untuk apa aku ini dihidupkan”. Tidak terasa ini sudah hampir dari dua tahun, aku selalu mengingat momen itu. Kau mungkin tahu bahwa aku adalah anak yang dulu selalu mengutuk diriku sendiri, ketika saat itu aku tidak pernah merasa memiliki bakat. Aku merasa begitu umum, seperti halte atau parkiran pasar tradisional. Berguna untuk siapapun namun tidak begitu spesial. Setelah Kau menunjukan jalan di 2 Oktober 2016, aku menuliskan “iham” itu disecarik kertas yang aku laminating dan tempel didinding kamar. Mungkin bagi orang yang membaca ,aku terlalu bermimpi banyak. Tapi aku tidak pernah ragu (aku tidak tahu ini kelemahan atau kelebihan ku), karena aku merasa itu sebuah hidayah yang KAU tunjukan padaku untuk masa depanku. Kau bilang Aku harus fokus pada bidang yang aku sukai, setelah saat itu,aku selalu jatuh cinta dengan konsep entrepreneurship. Aku masih ingat ketika aku memutuskan untuk harus mendapatkan beasiswa dan sekolah lagi di jurusan khusus pendidikan Entreprenerurship. Aku mulai kursus bahasa inggris desember 2016-February 2017. Aku bahkankehilangan motor ku ditempat kursus itu, rugi lah aku belasan juta dibuat nya, mungkin 20 juta bisa jadi. Tapi aku tidak pernah menyesal, karena bagiku kursus adalah investasi, demi mendapatkan nilai IELST tinggi dan memperlancar beasiswa. Kau sangat baik aku tahu, Kau izinkan aku mendapatkan LOA (meskipun masih conditional)dari kampus Inggris yang aku impikan. Kau buat aku mendapatkan skor 6.5 di IELTS, kemapuan ku dalam bahasa inggrispun meningkat dengan baik,kau permudah aku diproses pengumpulan berkas, kau buat aku sangat dekat dengan mimpi mendapatkan beasiswa, aku berharap, sangat berharap, sehingga aku lupa bahwa aku harapan itu akhirnya menjadi sebuah ambisi yang begitu liar, niatku menjadi berubah. Kau tahu, karena beasiwa itu Aku terfikir untuk membuat sebuah pergerakan untuk menunjang Beasiwaku. Membuat sebuah program pemberdayaan pedagang yang ingin menjadi Entrepreneur. Dari Agustus 2017- November 2017 mungkin lebih dari 30 orang yang seara intens berdikusi tentang bisnis dan membagikan ilmu Entrepreneurship yang aku punya. Tapi seperti yang Kau juga tahu, bahwa itu akhirnya menjadi ambisi liar ku berikutnya. Aku terlalu berfokus pada hasil yang akan aku dapatkan, Aku melupakan niat awal dan seberapa besar potensi ini untuk membantu orang lain. Meskipun begitu, aku bersyukur sekali, kau mempertmukan aku dengan teman yang bisa aku andalkan, namanya Dina, Kau juga tahu itukan. Dina adalah orang pertama yang percaya dengan misi ku. Aku menamakan pergerkan ini Kelas Entrepreneur dan dia mempercayai nya. Pergerakan ini berdua menampakan semnagat yang lebih besar, namun saat itu aku masih tertutupi dengan ambisi beasiswaku, yang aku pikirkan Pergerakan ini akan jadi saksi nyata dan poin besar dalam beasiswaku nanti. Aku yakin dina tidak mengetahui hal itu. Kau memang sempurna, rencana mu memang sempurna. Ketika Februari tahun ini 2018, setelah aku berjuang 2 tahun lebih untuk mendapatkan Beasiwa untuk belajar Entrepreneurship, Aku mendapatkan bahwa aku belum diterima di Beasiswa. Kegegalan ini yang ketiga kalinya dalam proses mendapatkan beasiwa. Aku bersyukur akan kegagalan beasiswa itu, sehingga akau menyadari bahwa aku harus kembali. Ambisi dari sebuah mimpi yang semakin liar membuat aku lupa tujuan ku yang sebenarnya. It is all not about scholarship or achievement, it all about movement and all empowerment that I can create in my future life. When I decided to chase any opportunity in scholarship, I forgot to think that the scholarship and master degree is only supporting point. I would like to create a business education system, what should I do now is focus on the movement. And all material that I need is already here, in my surround and in my mind within myself as well. So here you go, I will be concerned by all system that I can create. Dear God, Thank you for remind me about this writing skill. By now day, I will write all my problem and crazy idea in this journal, so I can find the perfect solution by training of my intrapersonal intelligence and YOU as my companion. Thank you 20 and 27 June 2018 Diogi’s Village home, North of Bengkulu and UNIB Lake, Bengkulu City
0 Comments
Leave a Reply. |
Author
I am Indonesian. My name is Diogi. So interest with business and entrepreneurship. I am creating Social Business to find the best method to teach entrepreneurship and help people to meet their potential for facing future. Like traveling and writing. Archives
July 2021
Categories |